
Betebetegiris.com – Dragon Age: The Veilguard, rilisan terbaru Bioware dan EA, menjadi sorotan utama di kalangan penggemar RPG sejak peluncurannya pada Oktober 2024. Game ini menghidupkan kembali dunia Thedas dengan visual memukau, narasi mendalam, dan mekanisme pertarungan yang dinamis. Pemain mengendalikan Rook, protagonis baru, dalam misi melawan ancaman kuno Solas dan dewa-dewa elf yang bangkit. Game ini tersedia di Steam seharga Rp 799.000, dengan diskon 15% di Fanatical hingga 12 Juli 2025.
Menurut PC Gamer, The Veilguard mendapat skor 9/10 berkat cerita emosional dan sistem companion yang kaya, seperti interaksi dengan Harding dan Bellara. Pemain memuji kebebasan kustomisasi karakter dan keputusan naratif yang berdampak besar, meski beberapa mengkritik transisi dari gameplay taktis ke aksi cepat. Pembaruan Juli 2025 menambahkan mode “Nightmare” dan konten sampingan, meningkatkan replayability. Postingan di X menunjukkan antusiasme tinggi, dengan tagar #Veilguard trending selama berminggu-minggu.
Namun, kesuksesan game ini berhadapan dengan krisis industri game. GamesIndustry.biz melaporkan PHK di Bioware pasca-peluncuran, menyusul penutupan studio lain seperti The Initiative (Microsoft) dan pembatalan proyek Perfect Dark. Hal ini memicu kekhawatiran tentang keberlanjutan franchise besar. Di sisi lain, game indie seperti Hollowbody, sebuah survival horror cyberpunk seharga Rp 120.000 di Steam. Mendapat pujian karena narasi gelap dan estetika retro, menunjukkan potensi inovasi di luar studio besar.
Komunitas game juga mendukung petisi “Stop Killing Games” untuk melindungi game dari penutupan server. Seiring pengumuman EA akan mematikan server Dragon Age: Inquisition pada 2026. Meski demikian, The Veilguard membuktikan bahwa RPG epik masih memiliki tempat di hati gamer, dengan harapan sekuel tetap terwujud di tengah tantangan industri.