
Betebetegiris.com – Industri video game global menghadapi gelombang krisis pada 2025, ditandai dengan penutupan studio ternama dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurut laporan GamesIndustry.biz, Microsoft menutup studio The Initiative dan membatalkan proyek besar seperti Perfect Dark dan Everwild. PHK juga melanda berbagai tim dan operasi penerbitan Xbox, memicu keresahan di kalangan pengembang dan pemain. Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi skala dan frekuensinya di 2025 menjadi sorotan.
Penyebab Krisis
Kenaikan biaya pengembangan game, terutama untuk judul AAA, menjadi pemicu utama. Harga game baru yang mencapai rekor tertinggi membuat sebagian gamer khawatir hobi mereka kian tak terjangkau. Sementara itu, studio seperti Hypixel Studios membatalkan proyek ambisius Hytale setelah hampir satu dekade pengembangan karena kendala finansial dan tekanan pasar. Di sisi lain, laporan GameSpot menyebutkan game seperti Doom: The Dark Ages dan Old Skies tetap menjadi sorotan positif di tengah krisis, menunjukkan bahwa inovasi masih hidup meski terhambat.
Dampak pada Komunitas Game
PHK tidak hanya memengaruhi pengembang, tetapi juga pemain. Ready or Not, misalnya, menghadapi backlash besar hingga ulasan di Steam turun ke “Mostly Negative” menjelang peluncuran konsol. Sementara itu, petisi “Stop Killing Games” oleh YouTuber Ross Scott berhasil mengumpulkan dukungan signifikan di Eropa. Menuntut perlindungan konsumen dari penutupan server game seperti yang dialami salah satu judul EA yang akan dimatikan pada Januari 2026.
Harapan ke Depan
Meski suram, ada secercah harapan. Game seperti Assassin’s Creed Shadows dan Death Stranding 2 tetap dinanti. Sementara studio indie menawarkan karya inovatif seperti Sultan’s Game, sebuah RPG berbasis kartu. Komunitas game juga menyerukan reformasi, termasuk keamanan psikologis di tempat kerja untuk mendorong inovasi,